Sifat
Tuhan menurut Pandangan Asy'ariyah
By. Abu Nadhief Muhammad
Sebagai penentang Mu’tazilah, sudah
barang tentu al-Asy’ari berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat. Mustahil
kata Al-Asy’ari Tuhan mengetahui dengan zat-Nya, karena dengan demikian zat-Nya
adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan. Tuhan bukan
pengetahuan (’Ilm), tetapi yang mengetahui (’Alim). Tuhan
mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya bukanlah zat-Nya. Demikian pula
dengan sifat-sifat seperti sifat hidup, berkuasa, mendengar dan melihat.
Secara filosofis ia berpendapat bahwa nama
(ism) bukanlah nama yang dinamai (musamma). Sifat bukanlah yang
disifati (maushuf), sifat bukanlah dzat. Sifat-sifat Tuhan adalah
nama-nama (asma)-Nya. Tetapi, nama-nama itu bukanlah Tuhan
dan bukan pula selain-Nya. Ungkapan al-Asy’ari ini terkesan sebagai reaksi
terhadap Mu’tazilah yang meniadakan sifat-sifat Allah (nafy al-shifat)
Menurut ajaran Asy’ariyah, Tuhan
mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti Allah
mengetahui dengan ’Ilmu, berkuasa dengan Qudrat, hidup dengan
Hayah dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah
Al-Asy’ari di dalam Maqalat al-Islamiyyin juga di dalam Al-Ibanah
secara panjang lebar menguraikan permasalahan sifat dan af’al Tuhan yang
menjadi bahan pembicaraan ulama Mutakallimin, kemudian pendapatnya tentang
sifat dan zat bisa disimpulkan sebagai :
لا هى هو٬ولاهى
غيره
”Sifat itu bukan zat, dan sifat itu tak
lepas dari zat”
Dalam masalah sifat dan zat ini, Al-Asy’ari sependapat dengan Abdullah bin
Kullab yang berpendapat
معنى ان
الله عالم ان
له علما و
معنى انه قادران
له قدرةو معنىانه
حي ان له
حياة....ان اسماءاللهوصفاته
لذاته لاهى اللله
و لاهى غيره
وانها قا ﺌمة
”Pengertian Allah itu zat yang mengetahui adalah bahwa ilmu itu ada bagi
Allah.......
”Sesungguhnya, asma dan sifat-sifat Allah itu ada pada zat-Nya. Sifat dan asma
itu bukan Allah (bukan zat, menurut konsep al-Asy’ari) namun sifat dan
asma itu juga tidak lepas dari Allah bukan sesuatu yang lain yang berada di
luar Allah”.
Dalam rumusan-rumusan tersebut, al-Asy’ari menjelaskan bahwa sifat-sifat Tuhan
itu bukan sesuatu yang inheren ada di dalam zat. Rumusan yang diberikan oleh
al-Asy’ari membuat kita bisa mengibaratkannya dengan seorang laki-laki,
katakanlah si A. Wujud si A hanya satu, si A itu sendiri, tetapi ia memiliki
sifat-sifat dan juga perbuatan-perbuatan, akan tetapi sifat-sifat itu tidak
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri diluar wujud si A, melainkan merupakan
sesuatu yang melekat pada diri si A. Tetapi sifat itu bukanlah sebagai wujud si
A. Pengkiyasan semacam ini tidak bisa diartikan sebagai mempersamakan Tuhan
dengan manusia, melainkan harus dipahami sebagai suatu metode yang agak dekat
bisa diterima secara rasio dalam menjelaskan tentang sifat dan zat Tuhan.
Kemudian Imam al-Sanusi salah
seorang penerus Al-Asy’ari melakukan
klasifikasi sifat-sifat Tuhan. Ia
mengemukakannya dalam kitabnya, Ummu-Ibarahin dengan klasifikasiYaitu,
Sifat nafsiyyah, Sifat salbiyyah, Sifat ma’ani dan Sifat ma’nawiyyah
.
Sifat nafsiyyah, yakni sifat
untuk menegaskan adanya Allah SWT, dimana Allah SWT menjadi tidak ada tanpa
adanya sifat tersebut. Yang tergolong sifat ini hanya satu, yakni sifat wujud.
Sifat salbiyyah, yaitu sifat
yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah SWT. Sifat
salbiyyah ini ada 5 sifat, yakni : 1) Qidam, 2) Baqo’, 3) Mukhalafatu
lil hawaditsi, 4) Qiyamuhu binafsihi, dan 5) Wahdaniyyah
Sifat ma’ani, adalah sifat yang
pasti ada pada Dzat Allah awt. Terdiri dari tujuh sifat, yakni : 1) Qudrat,
2) Iradah, 3) Ilmu, 4) hayat, 5) Sama’,6) Bashar
dan 7) Kalam
Sifat ma’nawiyyah, adalah sifat
yang mulazimah (menjadi akibat) dari sifat ma’ani, yakni : 1) Qodiran, 2)
Muridan, 3) Aliman, 4) Hayyan, 5) Sami’an,6) Bashiran dan 7) Mutakalliman
Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak membatasi sifat-sifat Allah menjadi dua puluh
sifat. Ahlussunnah Wal Jama’ah menetapkan sifat dua puluh karena sifat dua
puluh itu adalah sifat Dzat Allah yang menjadi syarat ketuhanan (syarthul
uluhiyyah). Sedangkan sifat-sifat Allah yang lain adalah shifat af’al
(sifat yang berkaitan dengan perbuatan) Allah. Dan shifat al-afal Allah
itu jumlahnya banyak serta tidak terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar